Sempat aku memikirkan semua perbuatan kasarku terhadapmu, tanpa memikirkan apa akibatnya kepada ku. Diam diam aku pun masih merasakan rindu yang dalam kepadamu, aku telfon kamu dengan nomor pribadi tanpa identitas. Semata mata hanya ingin mendengar suaramu. Hanya itu yang bisa meredakan sedikit demi sedikit rasa rinduku kepadamu. Mungkin ini hukuman yang pantas untuku. Untuk bertemu denganmu saja kamu menolak, aku tahu bagaimana perasaanmu. Kamu benar benar jijik terhadapku, kamu benar benar tidak mau lagi bertemu denganku. Walaupun kamu sering boilang baku kamu anggap sebagai teman layaknya teman temanmu yang lainya. Tapi semua itu berbeda, aku hanya kamu anggap sebagai sampah. Semua yang sudah kita lakukan bersama sama, kita lalui senang susah bersama sama, kita hujan hujanan bersama sama, saling membutuhkan dan saling melengkapi kebutuhan. Tapi itu cerita kemarin. Aku tidak mau kita yang dulu. Tapi aku hanya mau kita ada dimasa depan. Meskipun kamu sekarang bersama laki laki lain, jika kamu bahagia aku pun tidak bisa mencegahmu. Itu semua adalah hak mu. Aku hanya bisa menunggu, dan aku akan tetap menunggu dan berjuang di jalanku. Jika aku nanti sukses dan sudah siap untuk melamar seseorang. Insya Allah aku tidak akan mengingkari janjiku dulu kepadamu. Tenang saja aku disini selalu menjaga komitmen kita. Aku memang bodoh, anggaplah saja aku seseorang yang bodoh, yang mau menunggu hal yang tidak pasti. Tapi ingat, Allahku tidak pernah menyusahkan jalan hambanya yang baru berusaha. Jika Allah bersamaku, aku yakin kelak aku bisa melamarmu dan membimbingmu sebagai imamu menuju Syurga Nya. Insya Allah. 5-10-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar